Definition List

Pages

Senin, 28 Oktober 2013

SUMPAH PEMUDA KINI DAN MASA LALU Refleksi 68 TahunIndonesia Merdeka

SUMPAH PEMUDA KINI DAN MASA LALU
Refleksi 68 TahunIndonesia Merdeka
Oleh  :
Deni Yudistira*
*Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
Sudah lebih dari setengah abad yang lalu Indonesia Merdeka, lepas dari belenggu penjajahan ortodok, namun cita-cita yang diharapkan oleh para founding father ibarat jauh panggang dari api , kemiskinan masih merajalela, tingkat ekonomi masih rendah bahkan yang terjadi peningkatan perekonomian masih hanya dirasakan oleh golongan kelas atas saja yang menguasai kapita yang cukup besar, kasus-kasus kemiskinan terjadi hamper di berbagai daerah seperti kita lihat di Jakarta yang merupakan elatase Indonesia  hamper di berbagai kecamatan dan kelurahan terlihat, gizi buruk, penggangguran, bentrokan, sweeping, pembunuhan, perkosaan, senantiasa mewarnai hari-hari kita yang tampa henti menyodorkan cerita-cerita negarif baik itu melalui media massa, elektronik maupun televisi.
Cerita tentang kemerdekaan sebagai jembatan emas, dan “nyanyian-nyanyian” pembukaan teks proklamasi senantiasa berkumandang di setiap hari senin baik itu di balai kota, sekolah, maupun di tempat-tempat lain, namun di ujung timur rumah kita saudara-saudara kita telah menukar darah para leluhur mereka dengan secarik kertas dari lorosae, belum cukup itu kita menyaksikan bagaimana para petani kehilangan lahan, anak rimba yang kehilangan hutannya, serta anak-anak yang kehilangan hak-haknya untuk dicerdas kan jiwa nya untuk menjadi suatu bangsa Indonesia, muncul suatu pertanyaan apakah Indonesia itu miskin, apakah Indonesia tidak mempunyai anggaran untuk itu, apahah Tuhan tidak merakhmati bumi persada Indonesia ini?
Kawan di kedai mas basuki yang kerjanya mengayuh becak berseloroh bahwa  kita ini kaya, kita di rakhamati Tuhan tanah yang subur, sambil menyeruput secangkir teh hangat, namun ia pun bingung mengapa ia hanya bisa tidur diatas helicak itu padahal kakek dan neneknya termasuk ibunya ikut bersama pemuda berperang melawan Penjajah Belanda, bahkan sawah, kerbau dan balong pun mereka tinggalkan untuk menggangkat bamboo runcing bersama,  untuk membuat jembatan emas Indonesia merdeka, kemanakah emas di cikotok itu, kemanakah Batubara, Gas itu, dan kemanakah Pajak yang dipungut dari rakyat dari mulai bangun tidur hingga kembali tidur dan kemanakah para pemuda itu sekarang?, masihkah ada Reinkarnasi sifat Tan Malaka, Hatta, Soekarno, Semaun, Agus Salim, Atau Syahrie itu????????



PEMUDA MASA LALU DAN KINI
Jauh sebelum Indonesia Merdeka  kita telah mendengar tentang kesuksesan dan kegagahan para pemuda dalam mempertahankan kedaulatan “lemah cai”nya, dari kaum kolonialisme yang mulai bercokol di Nusantara, mulai dari Adi Pati Unus, Sultan Iskandar Muda, Sultan Hassanuddin, Diponegoro, dengan sekuat tenaga mempertahankan sejengkal demi sejengkal kedaulatan yang dimiliki meskipun masih bersifat kedaerahan, bahkan tidak tertinggal juga para ibu-ibu sakti”seperti Tjut Nyak Dien, Tjut Meutia, Kristina Marthatiahalu,hingga R.A Kartini ikut berjuang untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, meskipun sampai akhir hanyatnya tidak merasakan suasana dari kemerdekaan itu, mungkin di alam sana mereka bersyukur dan bergembira bahwa mereka telah mampu melahirkan cucu-cucu anak ibu pertiwi yang mampu untuk menuntaskan cita-cita yang telah lama hilang itu.
Politik etis itulah suatu konsep yang mungkin sangat benci oleh penjajah belanda, dan mungkin juga J.P Quen sangat jengkel dengan konsep ini sebab semenjak konsep ini berlaku maka mulailah banyak pada pemuda kaum boemipoetra mulai mengalami aufklarung, sehingga membuat mereka kaum imperialis harus mencari celah bagaimana cara untuk mempertahankan dominasi dari merebaknya kaum intelektual muda, baik dari lembaga pendidikan formal bentukan maupun lembaga pendidikan non formal di pesantren, hingga lahirlah para pemuda cerdik pandai seperti H.Agus Salim, Tan Malaka, Soekarno,Hatta, Sjahrier, Natsier, Semun, Suwiryo,Ahmad Dahlan, Tjokroaminoto, yang memiliki konsepsi-konsepsi untuk menyelamat Ummah dari Penindasan, sebagaimana Tjokroaminoto nyatakan dalam Islam dan Sosialisme bahwa “Tidaklah Wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang diberikan makan hanya disebaban oleh susunya, tidaklah pada tempatnya untuk mengganggap negeri ini sebagai suatu tempat dimana orang-orang dating dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya terutama penduduk pribumi”, bahkan Hatta telah berjanji dan menepati janjinya untuk tidak akan pernah menikah sebelum Indonesia merdeka, pun sama dengan para pemuda-pemuda yang lain yang menjual kenikmatan-dan kemewahan utuk Indonesia merdeka.
Lain lading lain belalang lain lubuk lain pula ikannya, lain dulu lain sekarang dulu pemuda berjuang untuk bangsanya kini tak sedikityang “menghancurkan bangsanya,”. Penjajahan pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan ekonomi dengan jalan merebut, mencengkram suatu wilayah untuk mendapatkan surplus value, sehingga untuk melanggengkan penjajahan itu maka diperan para agen untuk memperbodoh masyarakat, seperti dikatakan oleh penyair* bahwa cara menghancurkan musuh yang paling efektif adalah dengan menghancurkan dari dalam diri musuh itu sendiri, seperti yang dilakukan saat ini tidak sedikit  para pemuda yang bekerja untuk kepentingan orang lain dengan menghancurkan kehidupan dan masa depan bangsanya, seperti yang sering kita lihat sudut-sudut warung kopi banyak terdapat para pemuda yang masuk bui, mengutik Undang-undang bahwa pemuda adalah suatu individu yang masih produktif dan mampu menghasilkan sesuatu, hal ini dapat kita pahami bahwa yang dimaksud pemuda tidak terbatas oleh umur.
Ditahun ini dita disajikan oleh rentetan para cerdik pandai yang dipaksa ngekost di hotel prodeo, mulai dari Nazarudin, Angelina, Gayus,dll, yang notabene mereka termasuk kedalam golongan pemuda harapan bangsa, seperti yang kita lihat di TV ternyata kebanyakan adalah pelaku kasus korupsi, bahkan di era modern ini ada juga Mahaguru di bidang pendidikan yang telah dirasuki oleh penyakit KKN ini dan yang mengherankan di departemen tempat para cerdik pandai di bidang agama terjadi kasus serupa, Naudzubillahimindzalik, kita dapat melihat bagaimana kontrasnya sikap mereka dengan apa yang dilakukan oleh Sjafrudin Prawiranegara yang tidak mampu membeli sehelai kain untuk persalinan walaupun berposisi sebagai mentri keuangan, dan Hatta yang sampai akhir hayatnya tidak kesampaian membeli sepatu bally walaupun bertahun-tahun menjadi wapres, padahal kini kita dapat melihat baru kemarin sore menjadi pejabat public singlet yang dipake pun sudah ganti asalnya dari tanah abang menjadi tanah  abang sam.
Api revolusi itu seakan-akan kian padam bahkan untuk sekedar memiliki jiwa Indonesiapun mungkin telah padam, kita dapat melihat bagaimana Nasionalisme kita telah dihancurkan oleh yang namanya K-Pop dimana saat Ustadz yang menganjurkan kita untuk bersyukur atas kemenangan TIMNAS-U19 malah di bully oleh para alayer yang bahkan seakan-akan tidak rela Indonesia sebagai bangsanya mengalahkan fans favoritnya, saya seperti tak habis piker melihat phenomena ini apakah building character sebagaimana yang digembor-gemborkan itu telah luluh lantak oleh Gangnam Style.

SUMPAH PEMUDA PERAYAAN DAN PENOLAKAN
Sumpah pemuda merupakan muara dari keinginan para pemuda untuk menentukan nasib bangsanya sendiri baik yang telah lama di kandung oleh para pendahulu baik melalui Serekat Islam, Boedi Oetomo, Ormas-ormas, sehingga menginspirasi pembentukan persatuan-persatuan daerah seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Batak, Ambon, Celebes Dll untuk mengikrarkan diri bersat padu bertekad bersama untuk mendahulukan kepentingan bersama, masyarakat, bangsa, dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan(samen bundeling van alle krachen van de natie) sehingga terbentulah sumpah pemuda yang berbunyi:
”Kami Putra dan Putri  Indonesia Mengaku Bertumpah Darah yang satu, Tanah Indonesia
”Kami Putra dan Putri  Indonesia Mengaku Berbangsa yang satu, Bangsa  Indonesia
”Kami Putra dan Putri  Indonesia Menjungjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia
Inilah tonggak sejarah awal pergerakan kemerdekaan Indonesia secara Nasional melepaskan diri dari golongan, suku, budaya menjadi suatu kekuatan besar yang pada akhirnya mampu untuk melepaskan diri dari penjajahan sehingga menjadi bangsa Indonesia yang merdeka Bersatu, namun perjuangan yang dilakukan dengan pedoman sebagaimana yang dinyatakan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Alloh SWT*)dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 :”ALLAH S.W.T Tidak akan mengubah nasib suatu kaum  sebelum kaum itu sendiri merubahnya” sehingga meskipun harus berkorban nyawa akhirnya Bung Karno-Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia.
Kemerdekaan sebagai jembatan emas digunakan oleh para pemuda untuk menata kehidupan bangsanya sendiri sehingga menuju bangsa yang merdeka adil dan makmur, dengan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan mampu mempertahankan dari Agresi militer Belanda 1 dan 2 hingga akhirnya diakui sebagai bangsa yang merdeka secara De Jure dan De Facto, Peran Pemuda dalam masyarakat dalam mengisi kemerdekanan dan pembangunan senantiasa dilaksanakan secara berkala hamper di setiap angkatan baik itu angkatan 66, Malari, hingga Revolusi  Setengah tiang 1998.
Namun tanpa kita sadari ternyata terdapat berbagai para pemuda yang menjadi belanda-belanda hitam yang senantiasa bekerja demi tuannya sehingga hutan menjadi hilang, Laut habis, Emas dikirim ke New York dan yang paling parah lagi Harga CPO harus ditentukan oleh luar negeri, Gas di bumi papua terbang kenegeri panda padahal berduyun duyun orang mengantri Gas saban hari di sebagai  bersar kota-kota Di Indonesia.
Ironis memang kemerdekaan yang diraih dengan darah dan air mata mereka tukarkan dengan kekayaan pribadi yang hanya secuil dari yang seharusnya di dapat, kita dapat melihat dari kontrak karya besar yang hanya mendapatkan kurang dari 5% dari laba bersih, padahal tanahh itu, emas itu , berlian itu ada di dalam perut ibu pertiwi, perut yang selalu ditangisi oleh jutaan kaum papa Indonesia, Konsesi minyak yang seharusnya mampu menunjang kehidupan rakyat banyak harus diserahkan kepada para kontraktor asing, padahal perusahaan negeri sendiri sudah mampu mengelolanya, kembali budaya inlander mulai hinggap ke dalam sanubari para oknum pemuda harapan bangsa itu.
Menyitir kalimat Mark Havelaar dalam peristiwa kelaparan di lebak, bahwa rakyat miskin karena senantiasa di hisap oleh saudaranya sendiri, padahal Tuhan telah mengingatkan kita bahwa “Setiap seorang muslim adalah saudara” sehingga bila ada kaum muslim yang kekurangan maka kewajiban bagi kita untuk  membantu melepaskan dari kekurangan itu.

Kemiskinan , keterbelakangan dan ketika mampuan untuk memenuhi kebutuhan telah menjadikan sebagaian rakyat Indonesia mencoba mengambil jalan pintas, orang strees karena kemiskinan, mencopet, membunuh dan melakukan perbuatan negative lainnya, namun di sisi lainya orang kaya sibuk menumpuk hartanya baik dengan cara yang benar dan tidak sedikit dengan cara negative seperti korupsi kolusi, suap, sogokan,hingga ngemplang pajak, alhasil dana yang seharusnya digunakan untuk membangun bulding character, pembangunan pendidikan, kesehatan, dan kesejahterraan untuk menggapai Indonesia adil dan makmur masih ibarat jauh panggang dari api, kita melihat bergelimangan anak anak putus sekolah di jalanan, harga semakin mahal, pata petani tak kerja,ini merupakan dampak dari kolonialisme jenis baru dengan actor oknum para pemud.
Sumpah pemuda sebagai tonggak persatuan harus senantiasa dirayakan, dan diresapi sehingga muncul suatu antitesa baru dalam mencari konsepsi-konsepsi yang cespleng untuk kemajuan bangsa, sebab jika hanya dirayakan sebagai even tahunan dan seremonial maka tidak akan ada perubahan bung karno telah berpesan jangan ambil abu revolusi tapi ambilah api revolusi yang menyala-nyala yang menjadi spirit untuk Indonesia, alhasil kondisi ini maka telah bertahun-tahun sumpah pemuda hanya menjadi rutinitas tanpa menjadi aksinyata, sehingga memunculkan keraguan di sebagai para pemuda akan kesaktian dari sumpah pemuda itu , mereka bahkan menolak perayaan sumpah pemuda dan menggantikannya dengan sumpah lain yang tidak jelas apa jasanya untuk NKRI ini.
Penolakan yang terjadi bukan tanpa alasan sebab di bumi pertiwi ini kemiskinan masih mendominasi, kesengsaaraan adalah pandangan sehari hari, peningkatan perekonomian 6-8% pertahun hanya dirasakan oleh kaum kelas atas saja sementara kaum miskin hanya mendapatkan dampak negative dari pembangunan, munculnya antitesa untuk menggunakan ke Khalifahan sebagai suatu alternative baru ibarat oase di gunung bromo, yang meneduhkan sekaligus menyejukan.
Mimpi mimpi hidup sejahtera, gemah ripah loh jenawi, seperti yang terjadi di jaman Nabi Muhammad SAW, dan khulafaurrasidin semakin menyeruak bersamaan dengan merebaknya ormas HTI dan Gema Pembebasan, ide untuk mengganti Pancasila dan Indiologi (Islam) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi issue yang sangat sentral sehingga dengant terang-terangan mereka menolak sumpah pemuda mengi.

SUMPAH PEMUDA DAN RELEVANSI KE KINIAN
Sumpah pemuda sebagai tonggak awal kemajuan dan keinginan yang dilakukan oleh para pemuda hasil kristalisasi dari perjuangan pada founding father masih merupakan suatu hal yang sangat layak untuk di laksanakan sebab dalam membangun suatu baldatun toyyibun warobbun ghofur memerlukan suatu persatuan, memerlukan suatu kesinergisan sehingga tidak ada rasa paling tinggi antar sesama manusia, perjuangan untuk mencapai kemandirian bangsa memerlukan kerjasama antar berbagai pihak, sehingga sumpah pemuda tidak menjadi lambing, dan kegiatan seremonial saja, Ahmad Dahlan berkata bahwa; “tidak pelu kita mengkitung berapa banyak kita membaca surat Al-Ma’un tapi seberapa banya kita telah memberikan makan pada orang miskin”.
Sumpah Pemuda merupakan antitesa dari sampah pemuda, sampah tulang punggung bangsa yang hanya menguras harta kekayaan Negara untuk tuanya di sana, Sumpah Pemuda merupajan suatu niat, suatu cita-cita untuk melaksanakan suatu Aksi Massa, bukan merupakan Massa Aksi yang menjadi alat dari Akssi Massa namun merupakan aksi dari massa untuk menggapai kehidupan yang layak dari kebutuhan ekonomi dan politik nya (Tan Malaka)sebab  kondisi ini bukan merupakan kiamat, tetapi masih bias kita rubah, masih bias di perbaiki, sehingga masyarakat madani yang diharapakan akan terwujud.

Spirit sumpah pemuda harus kita  jadikan sebagai aksi nyata untuk mengeleminir intoleransi yang masih merongrong ibu pertiwi, rasa chauvinism, Melaksnakan dan mengembangkan Jiwa Nasionalisme sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik itu melalui olah raga, Budaya, dll, sehingga Indonesia akan menjadi suatu New Emerging Force yang mampu menjadi Suatu Negara yang berdaulat Adil dan Makmur serta mampu melaksnakan Ketertiban dunia dan menjadikan sebagai suatu Negara Theistik Demokrasi demokrasi yang berlandaskan pada nilai nilai agama, sebab demokrasi barat bukan merupakan akar budaya bangsa, bukan merupakan solusi bangsa Indonesia, bukan pula demokrasi ala Timur Tengah demokrasi yang tertutup oleh sekat-sekat kesukuan dan fatamorgana, oleh karena itu kita para pemuda sebagai penerus bangsa perlu untuk menggali kembali dan melaksanakan  demokrasi kita yang telah hilang, bukan demokrasi jalan tengah nya tetangga sebelah, Tetapi demokrasi kita Theistik Demokrasi yang akan menjadi Total Station untuk menuju Gemah Ripah Repeh Rapih, Gemah ripah loh Jenawi, baldatun toyyibun warobbun ghofur. Sebab keberhasilan dari usaha  kita tetap  merupakan  berkat Rakmat Tuhan Yang Maha Esa.

Jumat, 26 April 2013

Dewasa ini  perkembangan jalan di sini untuk dapat mempelajari sehingga dapat dengan mudah dan efisien


ARTIS KIPRAH DAN DINAMIKA POLITIK PARTAI ISLAM 
PADA PEMILU 2014
Oleh :
Deni Yudistira*

Hingar bingar pesta demokrasi 5 tahunan semakin menghangat meski pemilihan  akan dilaksanakan pada pertengahan 2014 namun aura dan spiritn yang  menggebu-gebu hingga banyak orang yang mulai melakukan pemanasan untuk mencoba menjadi penyambung lidah rakyat di Parlemen, baik yang melalui jalur parpol ataupun yang bercita-cita menjadi senator dengan dana yang mungkin saja lebih dari 50 milyar telah dikeluarkan untuk kampanye di seluruh Indonesia.
Secara umum  kalimat keterwakilan dapat kita lihat dari Philoshopy Gronslag kita yaitu PANCASILA pada sila ke IV yaitu KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN,  dan Pada Pembukaan UUD 1945,  dimana dalam mengawal dan melaksanakan serta menjalankan Negara Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pembukaan UUD 1945 Amandement , yaitu untuk mengantarkan rakyat indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,adil dan makmur.
DPR/DPRD  sebagai  wakil-wakil rakyat  berfungsi untuk menampung dan menyambungkan aspirasi rakyat, mengingat tidak mungkin 267 juta jiwa  rakyat Indonesia menjadi penentu kebijanan maka dengan adanya DPR,DPRD, dan DPD ini , sehingga dalam segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah secara tidak langsung telah disetujui oleh rakyat yang direfresentasikan oleh DPR, DPRD, dan DPD, dengan begitu maka produk hukum yang dihasilkan dapat di laksanakan dan di implementasikan oleh rakyat dengan baik.
Dewan Perwakilan Rayat memiliki fungsi antara lain adalah fungsi legislasi, Anggaran, dan Pengawasan  sehingga memiliki tugas dan wewenang antara lain adalah :
Sesuai dengan hasil verifikasi yang telah di tetapkan dan telah di setujui bersama bahwa dalam pemilu 2014 terdapat  15 partai politik yang akan bertarung dan 1 partai yang masih dalam proses di Mahkamah Agung yaitu Partai Damai Sejahtera  yang belum ditentukan nasibnya hingga saat ini.
Secara umum corak idiologi partai di Indonesia  saat ini dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu Partai Nasionalis, Partai Agamis,  dan kekaryaan, pada  masa orde lama pemilu pertama pada tahun 1955, Partai Nasional Indonesia menjadi pemenang  dengan lebih dari 22% mengungguli Partai Masyumi dengan sekitar 20%  pada era orde baru pada pemilu 1977 dimenangkan oleh Partai Golongan Karya dengan  perolehan suara 62,8% dan selalu menang hingga pemilu tahun 1997 dengan perolehan 74,51% melebihi perolehan partai PPP dengan perolehan 22,43%. Pada jaman repormasi yang bergulir pada pemilu 1999 PDIP(Nasionalis) meraup suara hingga 33, 74% mengalahkan  PKB(Agamis) yang hanya meraup 12,51 dan pada pemilu terakhir pada pemilu 2009 Partai Demokrat menjadi pemenang, dimana pada pemilu kali ini melahirkan Partai Keadilan Sejaktera sebagai kuda hitam yang mampu merebut dominasi PPP, dan PKB.
Pada pemilu 2014 nanti partai agama di wakili oleh PPP, PKB, PKS, PAN dan PBB serta bila lolos akan bertambah PDS, sedangkan Kubu Nasionalis dikili oleh Gerindra, Golkar, Demokrat, PDIP, PPKPI, Hanura, dan Pendatang Baru dengan muka-muka lama Partai Nasdem, Partai Islam sebenarnya bukan barang yang baru sebab dalam perpolitikan internasional dan nasional partai islam telah mengguratkan sejarahnya baik itu setelah jaman kenabian, maupun pada era dinasti dinasti islam corak politik islam telah mewarnai pemerintahan yang dijalankan baik itu pada Jaman Ummayah, Otoman, dll.
Dalam kancah politik nasional  pergerakan kaum islam telah ada jauh sebelum Budi Utomo lahir, dimana pada saat itu kyai Samanhudi membetuk organisasi islam dengan nama Serikat Dagang Islam pada tahun 1911 dan semakin berkembang pada saat di pimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang kebudian bermetamorposa menjadi Serikat islam Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer sosialistis yang dipimpin oleh Semaun.
Pada saat itu ia menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Setelah itu pada pemilu 1955 lebih dari 10 partai islam menjadi kontestan pemilu , namun hasil akhir partai bernapaskan islam tetap kalah dari partai nasionalis, kondisi yang sama dengan pemilu 1971 Partai Golongan Karya menjadi pemenang mengalahkan Nahdatul Ulama, setelah pemilu 1977 dimana pada pemilu kali ini terjadi penyeterhanaan partai politik sehingga menjadikan ada tiga garis besar yaitu Kekaryaan yang diwakili oleh Golkar, Nasionalis menjadi Partai Demokrasi Indonesia dan Partai islam berkumpul dalam naungan Partai Persatuan Pembangunan dimana pada pemilu 1977 partai Golkar kembali menjadi kampium.
Pada pemilu 1955-2004 peran para ulama sangat sentral dalam upaya menduluang suara sehingga dapat dipastikan dimana bila suatu partai politik telah mendapatkan restu dari para ulama maka kecenderungan perolehan suara di daerah tersebut akan semakin besar bahkan sebagaimana dinyatakan oleh Ridwan Saidi di JLC bahwa pada tahun 1977 keluar fatwa bahwa orang islam yang tidak memilih PPP dianggap sebagai orang kafir, namun tetap saja tidak dapat merubah kondisi dimana pada pemilu itu PPP tetap kalah dari Golkar.
Pasca penutupan daftar calon sementara calon anggota DPR  yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat, terdapat banyak Calon Anggota Legislatif dari partai Islam yang berasal dari para artis  dengan latar belakang yang berbeda  mulai dari pemain sinetron, penyanyi, peragawati,  hingga pelawak  antara lain Okki Asokawati, Mat Solar, Angel Lelga(PPP), Arzatti Bilbina, Iyet Bustami,Mandala Shoki(PKB), Ayu Azhari, Jeremy Tomas, Gading Martin(PAN), dengan adanya strategi ini mungkin saja mereka para elit partai bermaksud untuk mengeruk  dan mendulang suara, dengan menggunakan  ketenaran dan nama yang dimiliki oleh para pesohor.
Secara umum para artis telah memiliki berbagai keunggulan di banding dengan para politisi akar rumput baik itu dari sisi popularitas, maupun dari aspek logistic, mengingat dalam pemilu kali ini  ongkos politik untuk menjadi penyambung lidah rakyat sangat besar bahkan ada salah satu partai yang meminta saweran hingga 300 juta, dengan dalih untuk biaya kampanye. Datangnya para artis ke dalam kancah perpolitikan di Indonesia tidak dating secara tiba tiba namun secara telah di dahului oleh para senior di kalangan mereka yang telah berhasil duduk di Kursi Dewan Perwakilan Rakyat seperti Rieke Dyah Pitaloka, Nurul Arifin, Venna Melinda, Eko Patrio.
Ada suatu adigium yang berkembang di masyarakat bahwa para artis selain berkantong tebal, dan tidak terlalu liar bila terpilih menjadi anggota dewan sehingga tidak akan terjadi resistensi di dalam fraksi ketika terjadi perbebatan dan penentuan suara untuk memutuskan kebikakan kebijakan baru, seperti yang terjadi di Partai Kebangkitan Bangsa.
Sesuai dengan peraturan pemilu dan hak politik warga Negara bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak untuk memilih dan di pilih  maka pencalonan para artis tidak usah untuk di perdebatkan, mengingat mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama, namun pertanyaan  akan muncul kemudian bagaimana kompetensi dari para artis tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi nya sebagai penyambung lidar rakyat, baik itu untuk legislasi, budgeting, dan pengawasan mengingat jam terbang dan pengalaman  yang berbeda beda, selain itu apakah para artis dan actor itu akan diterima oleh kader dan konstrituen  di bawah mengingat adanya perbedaan image dari para artis yang mungkin saja memiliki latar belakang yang kurang pas bila dikomparasikan dengan idiologi yang dianut.
Pemilih tradisional partai islam  secara umum berasal masing masing ormas seperti Muhamadiyah cenderung ke PAN, Nahdatul Ulama cenderung ke PKB dan PPP, serta dari simpatisan dari organisasi islam lain dan masyarakat  dimana tentu saja para alim ulama dan kyai akan memilih secara selektif sehingga massa yang dimiliki  belum tentu diarahkan untuk para artis tersebut mengingat banyak  pertanyaan yang cukup penting  dimana di masyarakat muncul pertanyaan apakah mereka hanya berikeinginan untuk mendapatkan kekuasaan semata sehingga para artis sering loncat pagar mulai dari partai nasionalis ke partai islamis, dari independen ke partai politik, apakah mereka se oportunis itu ?, apakah mereka memahami pancasila dan penerapan syariat islam dalam mengelola dan mengawasi Negara?, atau apakah mereka mampu membendung tekanan yang dilakukan oleh kaum kapitalis yang ingin mengokupasi NKRI?  
Mengingat peluang yang dimiliki para artis yang cukup besar maka pada saatnya nanti kita akan melihat apakah mereka akan mampu untuk mengeruk suara maksimal menggantikan  peran Kyai sebagai pengeruk suara partai pada pemilu 2014, sehingga salah satu partai islam dapat menjadi kampium pada Pemilihan Umum  2014 mendatang.

(Diambil dari berbagai sumber*)

Rabu, 07 Desember 2011

BANJIR JAKARTA BENCANA DALAM KE TIDAK PEDULIAN DAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT
Oleh :
Deni Yudistira

Banjir merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita hampir setiap terjadi hujan media massa ramai-ramai menyuarakan tentang banjir terjadi bi beberapa tempat di Ibukota। Secara umum banjir dapat diartikan sebagai peristiwa disaat melubernya air dalam saluran drainase baik itu drainase alami maupun buatan ke daerah sekitar yang diakibatkan oleh berkurangnya daya layanan drainse dalam mengalirkan muatannya।

Jakarta sebagai ibu kota senantiasa di hiasi oleh banjir baik yang berupa flood way maupun banjir kiriman , lokasi geografis yang dilalui oles sungai-sungai besar dari kota-kota satelit turut serta mengakibatkan banjir seperti yang terjadi pada 1 Februari 2008, banjir yang terjadi bahkan ikut menggenangi kawasan di sekitar istana Negara, selain itu kondisi topografi yang cenderung datar mengakibatkan air hanya bergerak sangat lambat। Proses terjadinya banjir merupakan proses dimana terjadinya kegagalan siklus hidrologi dimana surface flow tidak bisa secepatnya mengirimkan air dengan lancer ke lokasi-lokasi penampungan air seperti waduk, embung dan laut।
Khusus untuk di kota Jakarta banjir terjadi sebagai akibat dari berkurangnya daerah tangkapan air sehingga mengakibatkan coefisien runoff semakin tinggi hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan, dari lahan perkebunan,empang menjadi kompleks perumahan, hal ini berdampak pada siklus hidrologi yang terjadi semakin cepat dimana air yang turun “dipaksa” untuk secepatnya memasuki saluran-saluran drainase. Akibatnya adalah ketika muatan berlebih daya layanan drainase semakin berkurang dan berdampak air meluber ke luar saluran.

Selain itu kondisi penampang saluran yang semakin dangkal yang diakibatkan oleh banyaknya muatan dalam saluran seperti sedimentasi dan sampah turut mempercepat terjadinya banjir sebab ketika arus air akan tertahan oleh sumbatan(sampah) yang mengakibatkan air semakin cepat naik, seperti yang terjadi di salah satu kawasan perkampungan di kelapa Gading Jakarta utara elevasi air dari dasar sungai ke top sungai hanya sekitar 30-40 cm yang diakibatkan oleh sedimentasi yang sangat luar bias besarnya sehingga takala terjadi hujan air cepat naik dan meluber kedaerah di sekitarnya tidak tanggung-tanggung di beberapa bagian bantaran sungai di daerah tersebut elevasi air mencapai kedalaman 15-25 cm*. Kondisi ini selain berdampak pada moda transportasi (baik untuk pejalan kaki maupun pengguna roda dua) ,dan merugikan masyarakat baik dari bidang kesehatan maupun lingkungan.

Problematika ini sunguh sangat memilukan karena letaknya yang berada di ibukota Negara,juga telah banyak program dan dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah baik pusat maupu daerah oleh karena itu penangan banjir di Jakarta diperlukan upaya yang komprehensif dimana perlu dilakukan upaya pencegahan yang massif,sistematis dan terstruktur yang berbasis pada partisipatif masyatakat dengan pendekatan Partisipatory Action Research , sebab tidak hanya terrain yang perlu dilakukan rekayasa tetapi faktor masyarakat pun perlu di benahi karena baik secara langsung masyarakat ikut mempengaruhi sebab hampir disepanjang aliran sungai sampah (baik berupa peralatan rumah tangga, plastik, sisa banguna dll) turut mengapung dipenampang saluran, walaupun tidak akan cukup waktu 5 tahun untuk menciptakan Jakarta bebas banjir namun suatu langkah yang mantap untuk mengeleminir terjadinya banjir perlu di laksanakan secara terintegrasi dan dengan masterplane yang jelas serta adanya dukungan yang continou terhadap Civil Sosiety Organisation(CSO)yang berperan sebagai voluntary baik yang berbentuk lebaga maupun perorangan .